Harga Pokok Produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membuat suatu barang jadi dari bahan mentah/baku. Dengan kata lain, Harga Pokok Produksi adalah biaya yang dikeluarkan utuk seluruh proses produksi yang terjadi dalam satu perusahaan. Proses produksi bisa mulai dari yang paling sederhana dimana hanya menggabungkan bagian-bagian penjualan, contoh: menggabungkan kue-kue kering di dalam satu toples, hingga membuat spare-part motor dari mesin produksi skala besar. Dan tergantung skala bisnisnya, ada yang bisa dihitung dengan mudah, ada yang membutuhkan perhitungan yang cukup rumit. Demikian juga dalam pelaporan keuangannya, ada yang bisa dengan mudah digabung dalam biaya/beban pengeluaran, ada yang mesti dipisah dan menempati pos tersendiri di atas pos pengeluaran.
Metode Penentuan
Terdapat 3 metode penentuan yang umum digunakan sebagai berikut :
- Full Costing
- Variabel Costing
- Activity Based Costing (Metode ABC)
Dengan menentukan harga pokok produksi maka perusahaan dapat mengetahui biaya produksi yang akan dikeluarkan, dan perusahaan dalam menentukan harga jual sesuai dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi pesanan/barang jadi tersebut. Dengan demikian nantinya laba vang akan diperoleh perusahaan bisa maksimal.
1. Metode Full Costing
Metode full costing atau sering disebut metode penentuan harga pokok produk konvensional adalah metode untuk menentukan harga pokok produksi dengan membebankan semua biaya produksi tetap maupun variabel pada produk yang dihasilkan.
Definisi menurut para ahli:
R.A. Supriyono (2002): full costing method adalah konsep penentuan harga pokok penuh, membebankan semua elemen biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel ke dalam harga pokok produk. Elemen biaya produksi pada konsep penentuan harga pokok penuh meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Mulyadi (2012): full costing method merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik variabel maupun tetap.
Berikut adalah contoh penyajian laporan berdasarkan metode full costing.
Laporan Harga Pokok Produksi
Harga Pokok Produksi. | |
Biaya bahan baku | Rp. xxx.xxx |
Biaya tenaga kerja langsung | Rp. xxx.xxx |
Biaya overhead pabrik tetap | Rp. xxx.xxx |
Biaya overhead pabrik variabel | Rp. xxx.xxx |
Harga Pokok Produksi | Rp. xxx.xxx |
Laporan Laba – Rugi
Hasil penjualan | Rp. xxx.xxx |
Harga pokok penjualan | Rp. xxx.xxx |
Laba Bruto | Rp. xxx.xxx |
Biaya administrasi dan umum | Rp. xxx.xxx |
Biaya pemasaran | Rp. xxx.xxx |
Laba Bersih Usaha | Rp. xxx.xxx |
Contoh Kasus
PT. Reknaon memproduksi dan menjual palet ekspedisi dari bahan dasar kayu. Adapun data operasional adalah sebagai berikut:
Harga jual per Unit | Rp. 500.000 |
Biaya produksi: | |
> Biaya variabel per unit: | |
>> Bahan langsung | Rp. 110.000 |
>> Tenaga kerja langsung | Rp. 60.000 |
>> Overhead pabrik (variabel) | Rp. 30.000 |
> Biaya tetap per tahun | Rp. 12.000.000 |
Persediaan barang jadi: | |
– Unit persediaan awal | 0 unit |
– Unit yang diproduksi | 100 unit |
– Unit yang terjual | 80 unit |
Biaya pemasaran tetap selama satu tahun | Rp. 7.000.000 |
Biaya pemasaran variabel per unit | Rp. 50.000 |
Sehingga, biaya produksi berdasarkan absorption costing:
Bahan langsung + Tenaga kerja langsung + Overhead pabrik variabel overhead pabrik tetap = Rp 110.000 + Rp 60.000 + Rp 30.000 + (Rp 12.000.000/100) = Rp 320.000
Laporan Laba Rugi
Penjualan (80 x Rp 500.000) Rp 40.000.000
HPP: | |
Persediaan awal | Rp. 0 |
Harga pokok produksi (100 x Rp 320.000) | Rp. 32.000.000 |
Barang tersedia untuk dijual | Rp. 32.000.000 |
Persediaan akhir (20 x 320.000) | Rp. 6.400.000 |
Harga pokok penjualan | Rp. 25.600.000 |
Laba Kotor | Rp. 14.400.000 |
Beban Administrasi & Penjualan | Rp. 11.000.000 |
Laba Bersih | Rp. 3.400.000 |
2. Metode Variabel Costing
Variabel costing adalah metode untuk menentukan harga pokok produk dengan hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja.
Definisi menurut para ahli:
Prawironegoro (2009): adalah pengorbanan sumber daya untuk menghasilkan barang atau jasa di mana hanya diperhitungkan biaya variabel saja, yang terdiri dari biaya bahan langsung. berhubungan dengan volume kegiatan produksi, maka disebut kalkulasi biaya produk langsung (direct costing).
Excel Akuntansi Perusahaan Jasa https://akuntansi-id.com/excel-akuntansi-perusahaan-jasa Fitur Lengkap | Mudah Digunakan | Laporan Otomatis |
Excel Akuntansi Perusahaan Dagang https://akuntansi-id.com/excel-akuntansi-perusahaan-dagang Siap Pakai | Laporan Otomatis | Bisa Dikustom Sendiri |
Excel Akuntansi Perusahaan Manufaktur https://akuntansi-id.com/excel-akuntansi-perusahaan-manufaktur Fitur Komplit | Bisa Banyak User | 1x Bayar |
Samryn (2001), pendekatan variable costing juga dikenal sebagai contribution approach yaitu suatu format laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya di mana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi atau administrasi, dan penjualan. Pendekatan ini juga dikenal sebagai pendekatan biaya langsung (direct costing approach) karena biaya variabel yang menjadi harga pokok dalam perhitungannya terdiri dari biaya-biaya langsung. Dalam pendekatan ini hanya biaya-biaya produksi yang berubah sejalan dengan perubahan output yang di-perlakukan sebagai elemen harga pokok produk.
Dalam pendekatan variabel costing, dari semua unsur biaya produksi hanyalah biaya-biaya produksi variabel yang diperhitungkan sebagai elemen harga pokok produk. Oleh karena itu, pendekatan variabel costing bagi manajemen lebih baik digunakan sebagai alat perencanaan dan pengambilan keputusan-keputusan jangka pendek yang tidak mengharuskan pertimbangan tentang biaya-biaya non produksi. Dalam arus biaya variabel costing, elemen biaya periodik terdiri dari biaya overhead tetap ditambah biaya administrasi dan penjualan. Elemen harga pokok produknya hanya terdiri dari komponen biaya overhead variabel serta biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung, tidak termasuk biaya overhead tetap.
Berikut adalah contoh penyajian laporan berdasarkan metode Variabel Costing.
Laporan Harga Pokok Produksi
Harga Pokok Produksi. | |
Biaya bahan baku | Rp. xxx.xxx |
Biaya tenaga kerja langsung | Rp. xxx.xxx |
Biaya overhead pabrik variabel | Rp. xxx.xxx |
Harga Pokok Produksi | Rp. xxx.xxx |
Laporan Laba Rugi
Hasil penjualan | Rp. xxx.xxx |
Dikurangi Biaya-biaya Variabel: | |
> Biaya produksi variabel | Rp. xxx.xxx |
> Biaya pemasaran variabel | Rp. xxx.xxx |
> Biaya adm. umum variabel | Rp. xxx.xxx |
Total Biaya Variabel | Rp. xxx.xxx |
Laba Kotor | Rp. xxx.xxx |
Dikurangi Biaya Tetap | |
Biaya produksi tetap | Rp. xxx.xxx |
Biaya pemasaran tetap | Rp. xxx.xxx |
Biaya Adm & umum tetap | Rp. xxx.xxx |
Total Biaya Tetap | Rp. xxx.xxx |
Laba Bersih | Rp. xxx.xxx |
Contoh Kasus
PT. Reknaon memproduksi dan menjual palet ekspedisi dari bahan kayu. Adapun data operasional sebagai berikut:
Harga jual per Unit | Rp. 500.000 |
Biaya produksi: | |
> Biaya variabel per unit: | |
>> Bahan langsung | Rp. 110.000 |
>> Tenaga kerja langsung | Rp. 60.000 |
>> Overhead pabrik (variabel) | Rp. 30.000 |
> Biaya tetap per tahun | Rp. 12.000.000 |
Persediaan barang jadi: | |
– Unit persediaan awal | 0 unit |
– Unit yang diproduksi | 100 unit |
– Unit yang terjual | 80 unit |
Biaya pemasaran tetap selama satu tahun | Rp. 7.000.000 |
Biaya pemasaran variabel per unit | Rp. 50.000 |
Dari data diatas, maka perhitungan dalam laporan laba rugi berdasarkan metode variabel costing:
Biaya produksi berdasarkan direct costing/variable costing = Bahan langsung + Tenaga kerja langsung + Overhead pabrik variabel
= Rp 110.000 + Rp 60.000 + Rp 30.000
= Rp 200.000
Laporan Laba Rugi berdasarkan direct/variable costing
Penjualan (80 x Rp 500.000) Rp 40.000.000
Biaya Variabel: | |
Harga pokok produksi (80 x Rp 200.000) | Rp 16.000.000 |
Beban Adm. & Penjualan (80 x Rp 50.000) | Rp. 4.000.000 |
Total biaya variabel | Rp. 20.000.000 |
Biaya Tetap: | |
Overhead pabrik tetap | Rp. 12.000.000 |
Beban adm. & Penjualan | Rp. 7.000.000 |
Total biaya tetap | Rp. 19.000.000 |
Laba Bersih | Rp. 1.000.000 |
Selisih Laba Bersih antara metode Full Costing dengan Variable Costing: = 3.400.000 — 1.000.000 = 2.400.000.
Selisih ini berasal dari saldo akhir sejumlah 20 unit dengan perbedaan harga pokok antara full costing dengan variable costing = (320.000 — 200.000) x 20 = 2.400.000
3. Activity Based Costing (ABC)
Metode ABC (Activity Based Costing) adalah sistem akumulasi biaya dan pembebanan biaya ke produk dengan menggunakan berbagai cost driver, dilakukan dengan menelusuri biaya dari aktivitas dan setelah itu menelusuri biaya dari aktivitas ke produk.Detil mengenai metode ini dapat dibaca di artikel khusus tentang Activity Based Costing.
Sebagai tambahan referensi, bisa dibaca juga Harga Pokok Produksi untuk Perusahaan Manufaktur.
Semoga bermanfaat. Terima kasih.