Harga Pokok Produksi : Pengertian, Metode Penentuan dan Contoh

By | October 24, 2019

Harga Pokok Produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membuat suatu barang jadi dari bahan mentah/baku. Dengan kata lain, Harga Pokok Produksi adalah biaya yang dikeluarkan utuk seluruh proses produksi yang terjadi dalam satu perusahaan. Proses produksi bisa mulai dari yang paling sederhana dimana hanya menggabungkan bagian-bagian penjualan, contoh: menggabungkan kue-kue kering di dalam satu toples, hingga membuat spare-part motor dari mesin produksi skala besar. Dan tergantung skala bisnisnya, ada yang bisa dihitung dengan mudah, ada yang membutuhkan perhitungan yang cukup rumit. Demikian juga dalam pelaporan keuangannya, ada yang bisa dengan mudah digabung dalam biaya/beban pengeluaran, ada yang mesti dipisah dan menempati pos tersendiri di atas pos pengeluaran.

Harga Pokok Produksi

Metode Penentuan

Terdapat 3 metode penentuan yang umum digunakan sebagai berikut :

  1. Full Costing
  2. Variabel Costing
  3. Activity Based Costing (Metode ABC)

Dengan menentukan harga pokok produksi maka perusahaan dapat mengetahui biaya produksi yang akan dikeluarkan, dan perusahaan dalam menentukan harga jual sesuai dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi pesanan/barang jadi tersebut. Dengan demikian nantinya laba vang akan diperoleh perusahaan bisa maksimal.

1. Metode Full Costing

Metode full costing atau sering disebut metode penentuan harga pokok produk konvensional adalah metode untuk menentukan harga pokok produksi dengan membebankan semua biaya produksi tetap maupun variabel pada produk yang dihasilkan.

Definisi menurut para ahli:
R.A. Supriyono (2002): full costing method adalah konsep penentuan harga pokok penuh, membebankan semua elemen biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel ke dalam harga pokok produk. Elemen biaya produksi pada konsep penentuan harga pokok penuh meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Mulyadi (2012): full costing method merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik variabel maupun tetap.

Berikut adalah contoh penyajian laporan berdasarkan metode full costing.

Laporan Harga Pokok Produksi

Harga Pokok Produksi.
Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik tetap Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx
Harga Pokok Produksi Rp. xxx.xxx

 

Laporan Laba – Rugi

Hasil penjualan Rp. xxx.xxx
Harga pokok penjualan Rp. xxx.xxx
Laba Bruto Rp. xxx.xxx
Biaya administrasi dan umum Rp. xxx.xxx
Biaya pemasaran Rp. xxx.xxx
Laba Bersih Usaha Rp. xxx.xxx

Contoh Kasus

PT. Reknaon memproduksi dan menjual palet ekspedisi dari bahan dasar kayu. Adapun data operasional adalah sebagai berikut:

Harga jual per Unit Rp. 500.000
Biaya produksi:
> Biaya variabel per unit:
>> Bahan langsung Rp. 110.000
>> Tenaga kerja langsung Rp. 60.000
>> Overhead pabrik (variabel) Rp. 30.000
> Biaya tetap per tahun Rp. 12.000.000
Persediaan barang jadi:
– Unit persediaan awal 0 unit
– Unit yang diproduksi 100 unit
– Unit yang terjual  80 unit
Biaya pemasaran tetap selama satu tahun  Rp. 7.000.000
Biaya pemasaran variabel per unit Rp. 50.000

Sehingga, biaya produksi berdasarkan absorption costing:
Bahan langsung + Tenaga kerja langsung + Overhead pabrik variabel overhead pabrik tetap = Rp 110.000 + Rp 60.000 + Rp 30.000 + (Rp 12.000.000/100) = Rp 320.000

 

Laporan Laba Rugi

Penjualan (80 x Rp 500.000) Rp 40.000.000

HPP:
Persediaan awal Rp. 0
Harga pokok produksi (100 x Rp 320.000) Rp. 32.000.000
Barang tersedia untuk dijual Rp. 32.000.000
Persediaan akhir (20 x 320.000) Rp. 6.400.000
Harga pokok penjualan Rp. 25.600.000
Laba Kotor Rp. 14.400.000
Beban Administrasi & Penjualan Rp. 11.000.000
Laba Bersih Rp. 3.400.000

 

2. Metode Variabel Costing

Variabel costing adalah metode untuk menentukan harga pokok produk dengan hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja.

Definisi menurut para ahli:
Prawironegoro (2009): adalah pengorbanan sumber daya untuk menghasilkan barang atau jasa di mana hanya diperhitungkan biaya variabel saja, yang terdiri dari biaya bahan langsung. berhubungan dengan volume kegiatan produksi, maka disebut kalkulasi biaya produk langsung (direct costing).


Excel Akuntansi Perusahaan Jasa

https://akuntansi-id.com/excel-akuntansi-perusahaan-jasa

Fitur Lengkap | Mudah Digunakan | Laporan Otomatis

Excel Akuntansi Perusahaan Dagang

https://akuntansi-id.com/excel-akuntansi-perusahaan-dagang

Siap Pakai | Laporan Otomatis | Bisa Dikustom Sendiri

Excel Akuntansi Perusahaan Manufaktur

https://akuntansi-id.com/excel-akuntansi-perusahaan-manufaktur

Fitur Komplit | Bisa Banyak User | 1x Bayar


Samryn (2001), pendekatan variable costing juga dikenal sebagai contribution approach yaitu suatu format laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya di mana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi atau administrasi, dan penjualan. Pendekatan ini juga dikenal sebagai pendekatan biaya langsung (direct costing approach) karena biaya variabel yang menjadi harga pokok dalam perhitungannya terdiri dari biaya-biaya langsung. Dalam pendekatan ini hanya biaya-biaya produksi yang berubah sejalan dengan perubahan output yang di-perlakukan sebagai elemen harga pokok produk.

Dalam pendekatan variabel costing, dari semua unsur biaya produksi hanyalah biaya-biaya produksi variabel yang diperhitungkan sebagai elemen harga pokok produk. Oleh karena itu, pendekatan variabel costing bagi manajemen lebih baik digunakan sebagai alat perencanaan dan pengambilan keputusan-keputusan jangka pendek yang tidak mengharuskan pertimbangan tentang biaya-biaya non produksi. Dalam arus biaya variabel costing, elemen biaya periodik terdiri dari biaya overhead tetap ditambah biaya administrasi dan penjualan. Elemen harga pokok produknya hanya terdiri dari komponen biaya overhead variabel serta biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung, tidak termasuk biaya overhead tetap.

Berikut adalah contoh penyajian laporan berdasarkan metode Variabel Costing.

Laporan Harga Pokok Produksi

Harga Pokok Produksi.
Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx
Harga Pokok Produksi Rp. xxx.xxx

Laporan Laba Rugi

Hasil penjualan Rp. xxx.xxx
Dikurangi Biaya-biaya Variabel:
> Biaya produksi variabel Rp. xxx.xxx
> Biaya pemasaran variabel Rp. xxx.xxx
> Biaya adm. umum variabel Rp. xxx.xxx
Total Biaya Variabel Rp. xxx.xxx
Laba Kotor Rp. xxx.xxx
Dikurangi Biaya Tetap
Biaya produksi tetap Rp. xxx.xxx
Biaya pemasaran tetap Rp. xxx.xxx
Biaya Adm & umum tetap Rp. xxx.xxx
Total Biaya Tetap Rp. xxx.xxx
Laba Bersih Rp. xxx.xxx

Contoh Kasus

PT. Reknaon memproduksi dan menjual palet ekspedisi dari bahan kayu. Adapun data operasional sebagai berikut:

Harga jual per Unit Rp. 500.000
Biaya produksi:
> Biaya variabel per unit:
>> Bahan langsung Rp. 110.000
>> Tenaga kerja langsung Rp. 60.000
>> Overhead pabrik (variabel) Rp. 30.000
> Biaya tetap per tahun Rp. 12.000.000
Persediaan barang jadi:
– Unit persediaan awal 0 unit
– Unit yang diproduksi 100 unit
– Unit yang terjual  80 unit
Biaya pemasaran tetap selama satu tahun  Rp. 7.000.000
Biaya pemasaran variabel per unit Rp. 50.000

Dari data diatas, maka perhitungan dalam laporan laba rugi berdasarkan metode variabel costing:

Biaya produksi berdasarkan direct costing/variable costing = Bahan langsung + Tenaga kerja langsung + Overhead pabrik variabel
= Rp 110.000 + Rp 60.000 + Rp 30.000
= Rp 200.000

Laporan Laba Rugi berdasarkan direct/variable costing

Penjualan (80 x Rp 500.000) Rp 40.000.000

Biaya Variabel:
Harga pokok produksi (80 x Rp 200.000) Rp 16.000.000
Beban Adm. & Penjualan (80 x Rp 50.000) Rp. 4.000.000
Total biaya variabel Rp. 20.000.000
Biaya Tetap:
Overhead pabrik tetap Rp. 12.000.000
Beban adm. & Penjualan Rp. 7.000.000
Total biaya tetap Rp. 19.000.000
Laba Bersih Rp. 1.000.000

Selisih Laba Bersih antara metode Full Costing dengan Variable Costing: = 3.400.000 — 1.000.000 = 2.400.000.
Selisih ini berasal dari saldo akhir sejumlah 20 unit dengan perbedaan harga pokok antara full costing dengan variable costing = (320.000 — 200.000) x 20 = 2.400.000

3. Activity Based Costing (ABC)

Metode ABC (Activity Based Costing) adalah sistem akumulasi biaya dan pembebanan biaya ke produk dengan menggunakan berbagai cost driver, dilakukan dengan menelusuri biaya dari aktivitas dan setelah itu menelusuri biaya dari aktivitas ke produk.Detil mengenai metode ini dapat dibaca di artikel khusus tentang Activity Based Costing.

Sebagai tambahan referensi, bisa dibaca juga Harga Pokok Produksi untuk Perusahaan Manufaktur.

Semoga bermanfaat. Terima kasih.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *